Selasa, 17 November 2009

PRAYER FOR TODAY



PRAYER FOR TODAY

I asked for strength ...
and God gave me difficulties to make me strong

(Aku minta kekuatan ...
dan Allah memberiku berbagai kesulitan untuk membuat aku kuat)


I asked for wisdom ...
and God gave me problems to solve
(Aku minta kebijaksanaan ...
dan Allah memberiku berbagai masalah untuk ku pecahkan)

I asked for prosperity ...
and God gave me a brain and brawn
to work
(Aku minta kemakmuran ...
dan Allah memberiku pikiran serta tenaga untuk bekerja)

I asked for courage ...
and God gave me obstacles to overcome
(Aku minta keberanian ...
dan Allah memberiku berbagai rintangan untuk ku atasi)

I asked for love ...
an
d God gave me troubled people to help
(Aku minta cinta ...
dan Allah memberi orang-orang bermasalah untuk ku tolong)

I asked for favors ...
and God gave me opportunities
(Aku minta berbagai bantuan ...
dan Allah memberiku berbagai peluang)


I received nothing I wanted ...
but I received everything I needed
(Aku tidak memperoleh hal-hal yang ku inginkan ...
namun aku mendapat semua yang ku butuhkan)

Live life without fear, confront all obstacles
And ... know that you can overcome them ...
(Menjalani hidup tanpa takut, menghadapi semua rintangan
Dan ... tahu pasti bahwa Engkau dapat mengatasinya)









Selasa, 18 Agustus 2009

Kamis, 02 Juli 2009

Intisari Renungan Harian (4)




Stop Mengeluh

Baca: Bilangan 11:1-3
Ayat Mas: Filipi 4:4

“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! …..”

Dalam sebuah khotbahnya pada bulan Juli 2006, Pdt. Will Bowen dari Gereja One Community Spiritual Center, Kansas City, Amerika, menyerukan gerakan berhenti mengeluh. Ia lantas membagikan gelang karet berwarna ungu kepada setiap anggota jemaatnya. Aturan mainnya sederhana, gelang itu harus dipakai terus-menerus selama 21 hari di salah satu pergelangan tangan, bisa kanan atau kiri. Dan selama itu tidak boleh mengeluh. Jika hal tersebut dilanggar, maka gelang itu harus dipindahkan ke pergelangan tangan yang lain dan jumlah hari dihitung kembali lagi dari awal. Saat ini, gelang karet itu telah tersebar sebanyak enam juta buah di seluruh dunia. Banyak orang telah merasakan perubahan positif karena menjalankan program berhenti mengeluh ini, khususnya dalam berelasi dan bekerja sama dengan orang lain.

Rupanya manusia memang cenderung lebih mudah mengeluh atau bersungut-sungut daripada bersyukur; lebih mudah melihat hal-hal yang kurang daripada hal-hal baik dalam hidupnya. Seperti sikap umat Israel. Kasih dan pemeliharaan Tuhan kepada mereka selama berada di padang gurun begitu jelas—mulai dari mengirimkan tiang awan dan tiang api untuk menuntun mereka, sampai mengirimkan burung puyuh dan manna untuk makanan mereka—tetapi tetap saja mereka suka mengeluh.

Sikap suka mengeluh ini tidak ada gunanya. Dan Tuhan juga tidak senang. Karenanya harus dilawan; jangan dituruti, apalagi dijadikan kebiasaan. Caranya, fokuskan pikiran pada hal-hal yang baik dalam hidup ini, dan berusahalah untuk selalu berkata positif.

MENGELUH DAN BERSYUKUR ITU SOAL PILIHAN
PILIHLAH UNTUK SELALU BERSYUKUR


Penulis: Ayub Yahya
(Renungan Harian, 1 Juli 2009)

Senin, 22 Juni 2009

Rabu, 17 Juni 2009

Intisari Renungan Harian (3)





TERTAWA ITU SEHAT


Amsal 17 : 22
"Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang"

Tertawa dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Suatu penelitian menyebutkan bahwa suara tawa dapat membuat tubuh lebih kebal dari penyakit hingga 40 persen. Tertawa menjadikan tubuh kita lebih aktif menghadang infeksi dan kuman penyakit. Tertawa juga mempermudah pernapasan. Dengan tertawa, udara jenuh dalam tubuh lebih mudah keluar. Udara tersebut akan digantikan oleh udara segar yang diperlukan tubuh. Pergantian udara memperkaya kandungan oksigen dalam darah serta membersihkan alat-alat pernapasan.

Tertawa itu menyehatkan. Bukan hanya bagi tubuh, namun juga bagi hati. Hati yang gembira bersukacita di dalam Tuhan, melayani Dia dengan gembira, dan menikmati kebaikanNya. G.K. Chesterton berpendapat, ibadah kita seharusnya menjadi sukacita tanpa akhir. Sayangnya, menurut pengamatan Philip Yancey, orang kristiani cenderung hebat dalam bekerja, ahli dalam berdoa, namun tertinggal dalam soal tawa tertawa. Kalau tidak percaya, silahkan saja bertanya, apa kesan orang pada umumnya tentang kekristenan. Apakah "keriangan" termasuk gambaran yang melintas dalam benak mereka?

Kemampuan untuk tertawa, terlebih mentertawakan diri sendiri, termasuk salah satu tanda kedewasaan. Di satu sisi, tertawa memperlihatkan kesadaran dan penerimaan : bahwa kita ini memang makhluk-makhluk berdosa yang ada kalanya bertingkah bodoh, dan karena itu menggelikan. Di sisi lain, tertawa menyiratkan pengakuan : bahwa hanya dengan pertolongan Tuhanlah kita bisa mengatasi kebodohan tersebut.

Nah, sudahkah Anda tertawa hari ini?


(Renungan Yayasan Gloria, 8 Juni 2009)

Selasa, 26 Mei 2009

Sebaran Materi UU X BC 0809

1. Bab 1 : HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA
a. Unsur-unsur terbentuknya negara
b. Pentingnya pengakuan negara lain bagi suatu negara
c. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
d. Penerapan Nasionalisme dan Patriotisme

2. Bab 2 : SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
a. Pengertian hukum
b. Klasifikasi hukum menurut bentuk dan tempat berlakunya
c. Sikap-sikap yang sesuai/tidak sesuai dengan hukum
d. Upaya pemberantasan korupsi oleh pemerintah dan warga negara

3. Bab 3 : HAK ASASI MANUSIA
a. Jenis-jenis HAM
b. HAM WNI dalam UUD 1945 (pasal 27, 28F, 29, 31)
c. Upaya penegakan HAM di Indonesia oleh pemerintah dan warga negara

4. Bab 4 : HUBUNGAN DASAR BEGARA DAN KONSTITUSI
a. Proses perumusan dasar negara Indonesia
b. Proses perumusan konstitusi Indonesia
c. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 terhadap NKRI

5. Bab 5 : PERSAMAAN KEDUDUKAN WNI
a. Status kewarganegaraan (ius soli, ius sanguinis, apatride, bipatride, hak opsi, hak repudiasi)
b. Cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia
c. Persamaan kedudukan WNI dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

6. Bab 6 : SISTEM POLITIK INDONESIA
a. Suprastruktur dan infrastruktur politik
b. Dinamika politik di Indonesia
c. Sistem politik liberal dan komunis
d. Peran serta WNI dalam sistem politik Indonesia

Foto Siswa SMAK GS





Rabu, 20 Mei 2009

Untukmu Ibu......



Ibu, pagi-pagi sekali,
selagi hari masih dini....
kau bergegas berbenah diri.
Hampiri Allah Maha Tinggi,
lantunkan puja dan puji.

Sujud bertelut rendah hati,
kau sebut nama-nama kami
tanpa satupun terlewati.
Sejuta permohonan yang hakiki
bagi kami yang kau kasihi

Harimu masih berlanjut....
seribu satu persoalan kau liput....
semua kau tuntaskan dengan patut
hingga malam larut,
tanpa bersungut-sungut

Naik syukur kami tak henti-henti
kepadaMu Tuhan Maha Pengasih,
yaitu Yesus Sang Pemberi...
untuk hadir 'mu Ibu terkasih
di hidup kami....

Kamis, 14 Mei 2009

Artikel Pembelajaran


Menjadi PEMBELAJAR

oleh ANDRIAS HAREFA*)

Manusia terlahir sebagai makhluk yang tidak siap menghidupi dirinya sendiri. Ia perlu orang lain, bahkan bergantung penuh pada orang lain sampai usia tertentu. Dan, masa ketergantungan manusia sampai bisa menghidupi dirinya sendiri, cukup lama. Proses persiapan itu disebut belajar. Jadi manusia terlahir sebagai mahkluk pembelajar. Dan jika ingin hidupnya bermartabat dan bermakna, manusia perlu proses pembelajaran yang berkelanjutan. Zaman berubah. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang. Tuntutan dan beban hidup lebih kompleks. Mereka yang berhenti atau terlalu lambat belajar akan tertinggal, gagap menyikapi perubahan zaman.
Sekolah saja tidak cukup. Perlu pembelajaran nonformal. Juga pembelajaran informal dari interaksi dengan lingkungan sekitar, dengan sesama atau alam. Berbagai media komunikasi juga menambah kompleksitas pembelajaran dewasa ini. Tak pelak lagi, manusia ditantang menjadi "manusia pembelajar". Saya mendefinisikannya sebagai "....orang yang bersedia melakukan dua hal penting". Pertama, mengenali hakikat dirinya, potensi, dan bakat terbaiknya, dengan terus mencari jawaban lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial seperti "Siapakah aku?", "Darimanakah aku datang?"; "Kemana aku akan pergi?"; "Apakah tanggungjawabku dalam hidup ini?"; "Kepada siapa aku percaya?". Kedua, berusaha mengaktualisasikan segenap potensinya, mengekspresikan dan menyatakan diri sepenuh-penuhnya dengan menjadi dirinya sendiri dan menolak dibandingkan dengan segala sesuatu yang "bukan dirinya".
Apakah arti belajar? Peter Senge menulis, "Dengan pembelajaran kita mencipta kembali diri kita. Kita dapat melakukan sesuatu yang tak pernah dapat kita lakukan sebelumnya. Kita merasakan kembali dunia dan hubungan kita dengan dunia ini. Kita menambah kapasitas untuk mencipta, menjadi bagian dari pembentukan kehidupan". Masih menurut Senge, lewat pembelajaran kita mengalami pergeseran paradigma, shift of mind atau metanoia. Dalam agama, metanoia diartikan sebagai pertobatan karena mendapat "intuisi khusus dan pengetahuan langsung dari Tuhan". Dengan kata lain, proses pembelajaran yang paling fundamental bertumpu pada pertumbuhan imanm, ditandai dengan pertobatan terus-menerus menuju teladan Kristus.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Secara umum pembelajaran bertujuan mencipta ulang diri kita, tahap demi tahap, agar semakin manusiawi. Kita mengalami transformasi diri dari anak yang lemah, tak berpengetahuan, tak berketerampilan, tak berwatak, menjadi orang dewasa, berpengetahuan, berketerampilan, berkarakter, serta saling bergantung dengan sesama (hubungan interdependen).
Stephen Tong pernah berkata, "We are created by The Creator to be creature with creativity (Kita dicipta Sang Pencipta menjadi ciptaan yang berdaya cipta)". Manusia adalah ciptaan yang mampu mencipta karya lain berdasar apa yang telah diciptakan Allah. Ini mandat besar dan luar biasa yang tidak diberikan pada ciptaan lain. Namun manusia perlu mencipta ulang dirinya dulu sesuai alasan penciptaannya, yakni "....menjadikan manusia itu menurut gambar dan rupa Kita....".
Kekristenan menegaskan bahwa pembelajaran dalam arti luas - learning, unlearning, dan re-learning - bertalian dengan pertumbuhan kasih kepada Allah dan kepada sesama, seperti diingatkan dalam Efesus 4 : 15. Hidup yang memuliakan Allah, berpusat pada Allah, menaati perintah Allah, , mengasihi Allah, dengan meneladani Kristus, merupakan tujuan pembelajaran orang kristiani.

DIMENSI PEMBELAJARAN
Menilik tujuan pembelajaran di atas, kita perlu menjadi saluran kasih dalam beberapa dimensi pembelajaran berikut :
1. Dimensi fisik-jasmaniah. Proses mencari nafkah, merupakan sesuatu yang bernilai rohani. Alkitab memuat pesan, "....jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan... ." Di bagian lain tertulis, "Tetapi jika ada seorang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang tidak beriman." Sangat penting kita belajar menafkahi hidup pribadi dan keluarga, agar tidak menjadi beban atau sandungan bagi orang lain. Orang yang bekerja keras memberitakan Firman pun berhak atas nafkah yang baik dari lembaga yang mempekerjakan mereka.
2. Dimensi sosial-emosional. Ini soal belajar kasih-mengasihi sebagai sesama. Alkitab berkata, "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing...." (1 Korintus 13 : 1-3). Ada pula tertulis begini, "Maka hendaklah sekarang ini kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan". Mengasihi sesama harus ditunjukkan dengan tindakan nyata. Memberi waktu untuk memikirkan orang lain, menganggap orang lain penting. Menganggap kelebihan kita mungkin dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Selain itu, belajar "menerima kasih" juga perlu. Ini merupakan pengakuan atas peran sesama dan juga tanda kita mengasihi mereka; dengan mengizinkan mereka menyatakan kasih pada kita.
3. Dimensi mental-intelektual. Alkitab mencatat, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus". Juga, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu ....". Dan semua itu memiliki arah yang jelas, "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia... untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya....". Proses pembelajaran harus membawa kita pada kebenaran sejati dalam Yesus. Kebenaran ini akan menyucikan pikiran, perasaan, dan kehendak kita agar tidak menyembah diri sendiri, tetapi menyembah Allah. Artinya, kita perlu belajar bertindak karena Allah dan untuk Allah. Kita perlu belajar menjadikan Allah sebagai alasan sekaligus tujuan dari segala respon kita pada kehidupan.
4. Dimensi warisan-spiritual. Alkitab menulis, "... jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu....". Pula tertulis, "..... sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diriKu bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran. Dan bukan untuk mereka ini saja aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh doa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka". Proses pembelajaran perlu memiliki perspektif jangka panjang. Ada pekerjaan dari Allah yang perlu dituntaskan, yang dengan menuntaskannya kita mempermuliakan Allah. Kita perlu menemukan bidang tugas dan tanggungjawab hidup kita. Dan bila kita telah menemukannya, kita mengerjakannya dengan gairah dan kasih dari Allah, untuk kemuliaan Allah.

BELAJAR SEPANJANG HAYAT
Akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung seumur hidup. Apalagi jika tujuannya adalah menjadi serupa dengan Kristus, yang hanya dimungkinkan lewat iman atas karya Yesus dan kepasrahan terus menerus untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Ini jelas perjuangan seumur hidup.
Mereka yang berhenti belajar akan mengalami kemerosotan dalam hidupnya. Mereka yang tidak meningkatkan keterampilan dan pengetahuan akan terbelakang dalam pekerjaan dan pergaulan hidup - terkucil dari proses peningkatan kualitas hidup. Mereka yang berhenti membaca dan merenungkan firman Tuhan akan mandeg dann merosot imannya - seperti tubuh yang tidak diberi makan akan lemah, demikian juga jiwa dan roh yang terlantar akan lunglai dan mudah terserang badai hidup. Maka, jadilah pembelajar yang lahap. Jangan berhenti untuk semakin mengenal-mengasihi-memuliakan Allah; jangan berhenti mengasihi sesama; jangan berhenti belajar meninggalkan dosa (un-learning); dan jangan berhenti belajar memperbaharui hidup dengan pimpinan Roh Kudus (re-learning). Terpujilah Tuhan!


*) Penulis 30 Buku Laris; Pembina Yayasan Gloria; Pendiri www.pembelajar.com (Disalin dari Renungan Harian edisi Mei 2009)


Senin, 04 Mei 2009

Intisari Renungan Harian (2)


SETENGAH HATI
(Kolose 3 : 22 - 4 : 1)

"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan
dan bukan untuk manusia" (Kolose 3 : 23)

Seorang ibu sedang menunggu antrean di kasir supermarket. Hanya ada tiga pembeli di depannya, tetapi ia harus menunggu lama. Rupanya sang kasir menghitung barang sambil mengobrol dengan temannya yang membungkus barang. Mereka melayani dengan pembeli dengan setengah hati. Ketika sampai di depan kasir, si ibu bertanya, "Siapa manajermu?" Sang kasir kaget, lalu berkata, "Maaf, Ibu menunggu lama." "Tidak mengapa," jawab ibu itu, "Besok ini tidak akan terjadi lagi!" Esok harinya sang kasir dipecat. Ia tidak tahu bahwa ibu itu adalah isteri pemilik supermarket.

Banyak orang bekerja denga setengah hati, tanpa rasa antusias. Mereka enggan memberikan yang terbaik. Mental kerja seperti ini tidaklah kristiani. Orang kristiani diminta bekerja dengan segenap hati dan penuh dedikasi, loyal, dan dapat diandalkan.
Upah bekerja bukan hanya uang, tetapi juga berkat Tuhan (ayat 24). Kita akan merasa berarti ketika orang lain bisa menikmati hasil karya kita.

Apapun pekerjaan Anda, itu adalah sebuah berkat dan kesempatan. Kerjakanlah dengan sepenuh hati, sebagai wujud ibadah yang sejati.


(Renungan Harian Yayasan Gloria, 4 Mei 2009)



Selasa, 28 April 2009

Tips Kesehatan



MANFAAT KOPI BAGI WANITA

Tidak hanya enak dan nikmat, tapi juga punya khasiat dahsyat. Itulah kopi, si biji hitam. Dalam penelitian sebelumnya, ngopi setidaknya 3-4 cangkir sehari bisa menurunkan resiko terserang demensia atau penyakit alzheimer.
Penelitian terbaru Circulation : Journal of the American Heart Association juga menunjukkan hasil yang menyenangkan. Menurut jurnal itu, pada perempuan yang secara rutin minum kopi sedikitnya 4 cangkir sehari, resiko terkena stroke dapat berkurang hingga 20% dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah ngopi.
Seperti ditulis situs Health Day, hasil ini diperoleh melalui penelitian terhadap 83 ribu wanita sejak 1980 hingga 2004. Caranya, wanita dengan rata-rata usia 55 tahun yang sebelumnya tidak memiliki riwayat buruk dengan stroke, serangan jantung, diabetes, atau kanker diperiksa kesehatannya 4 tahun sekali. Dari hasil pengumpulan data selama 24 tahun penelitian, terdapat 2.280 penderita stroke dan lebih dari separuhnya mengalami penyempitan pembuluh darah. Tentu ini merupakan persentase yang kecil.
Ternyata hampir 84% dari mereka adalah peminum kopi. Penelitian ini mendapatkan hasil minum kopi 2-3 cangkir sehari bagi perempuan bisa menurunkan resiko tersengat stroke hingga 19% dibandingkan dengan mereka yang hanya minum segelas kopi dalam sebulan. Minum lebih banyak lagi, resiko pun kian turun.
Tapi jika menikmati kopi ini sambil merokok, maka tidak akan ada manfaatnya. Pengaruh buruk dari nikotin akan melumat keperkasaan kopi.

Sumber : Majalah TEMPO edisi 23 Februari - 1 Maret 2009

Jumat, 24 April 2009

Untuk kita Renungkan ......


MENJADI BAHAN PEMBICARAAN
(Mazmur 69 : 1 - 37)

Menjadi bahan pembicaraan orang ada yang positif dan ada yang negatif. Bila kita dibicarakan tentang hal-hal positif, maka kita harus selalu sadar bahwa ini adalah anugerah Tuhan, sehingga kita tidak boleh sombong, tidak boleh mencuri kemuliaan Tuhan, dan tidak boleh menganggap remeh orang lain. Bila kita dibicarakan orang tentang hal-hal yang negatif, hati-hatilah, karena kita akan cenderung sakit hati, kecewa, dendam, putus asa, dan memberontak dalam hidup kita. Daud pernah mengalami hal ini, dan ia mengibaratkan peristiwa menjadi bahan pembicaraan yang negatif seperti tenggelam ke dalam rawa yang dalam (ayat 3). Seseorang dapat menjadi bahan pembicaraan yang negatif karena :
1. Kesalahan. Kalau kita salah maka kita akan menjadi bahan pembicaraan orang. Tidak ada jalan lain, kita harus berubah.
2. Walaupun kita tidak bersalah, kita menjadi bahan pembicaraan orang. Dan ini bisa membuat kita kecewa. Hati-hati, karena kekecewaan adalah alat yang paling mudah bagi setan untuk menyeret kita keluar dari pelayanan (mutung).

Apa yang harus kita perbuat bila kita menjadi bahan pembicaraan orang, walaupun kita tidak bersalah ?
1. Jangan menghitung-hitung kebenaran sendiri. Ini bisa membuat kita semakin sakit hati dan semakin tidak bijaksana, dan akhirnya semua menjadi salah. Daud menghitung-hitung kebenarannya (ayat 8), sehingga ia menyalahkan Tuhan, menyalahkan saudara-saudaranya (ayat 9), dan bahkan menyalahkan diri sendiri juga (ayat 10).
2. Jangan berpikir terlalu jauh, kendalikan pikiran kita (ayat 16 dan 21). Kesusahan sehari cukup untuk sehari. Tuhan tidak pernah memberikan pencobaan yang lebih daripada kemampuan kita.
3. Jangan membela diri (ayat 30-33). Kalau perlu ada pembelaan, biarlah pembelaan datang dari Tuhan atau orang lain.
4. Belajarlah berserah. Jika kita berserah, Allah justru akan membalikkan segala sesuatu (Daniel 6 : 25). Tujuan Allah adalah untuk memurnikan hidup kita.
5. Belajar bersukacita. Sukacita dari Tuhan adalah kekuatan kita. Biarlah hati kita tetap hidup.

Waktu Allah mau mendewasakan seseorang, maka Allah akan melatih dengan latihan yang sangat berat. Setan mengirim orang untuk berbicara yang negatif tentang kita, tetaplah tenang. Hidup kita tidak tergantung kepada manusia, hidup kita ada di tangan Allah dan kita akan selamat dalam genggamanNya.



Senin, 13 April 2009

Intisari Renungan Harian (1)


SELANGKAH LEBIH MAJU
(Yohanes 20 : 19 - 22)

" ............... Sbab Dia hidup, ada hari esok .... sbab Dia hidup, ku tak gentar .... karna ku tahu, Dia pegang hari esok ..... hidup jadi berarti sbab Dia hidup."

Peristiwa Paskah mengingatkan kita akan sosok Yesus Kristus yang senantiasan "selangkah lebih maju". Sementara orang kebanyakan masih berkutat pada masa kini, Dia sudah bernubuat tentang masa depan. Sementara orang berduyun-duyun mau mendengar kotbahNya, Dia sudah mulai menyiapkan para murid yang kelak bakal meneruskan karyaNya. Sementara masih di tengah jalan, Dia sudah berbicara tentang penderitaan dan kematianNya. Sementara jasadNya mau dirempahi, Dia sudah bangkit meninggalkan kubur. Dan, sementara para murid masih terperanjat akan kebangkitanNya, Dia sudah berbicara tentang Roh Pentakosta. Dia selalu "selangkah lebih maju", karena Dia Tuhan bagi masa depan.

Tuhan kita hidup. Dia adalah Sang Pemilik hari esok. Tuhan selalu berjalan mendahului kita, memimpin dan menyediakan masa depan bagi anak-anakNya, oleh karena itu jangan takut menatap masa depan, seberat apapun tantangan yang harus kita hadapi. Sebab Dia, Tuhan bagi masa depan.
Tuhan yang bangkit itulah pemegang hari esok kita. Jadi, berjalanlah bersama Dia.


Dikutip dari Renungan Harian
(Yayasan Gloria), 13 April 2009











Rabu, 18 Maret 2009

Asyik lho kegiatan hari ini ......Rabu, 18 Maret 2009



Dimulai dengan senam.... ternyata menyenangkan.... badan jadi terasa entheng... boleh tuh 1 minggu 1 kali .... di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat kan?
Habis itu terus bikin blog.... agak bingung-bingung dikit sih ... tapi ga' kalah asyiknya dengan senam.... jadi tambah pinter.... he... he....

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Depok, Jawa Barat, Indonesia